Posts

Menulis Perjalanan dengan Bantuan ChatGPT

Image
Saya adalah penggemar berat ChatGPT. Banyak tugas saya dibantu olehnya, seperti menulis email dalam bahasa inggris, menulis tesis, menulis paper, mencari tips dan trik, mengumpulkan ide dan kali ini menulis blog.  Tulisan kali ini, saya menggunakan bantuan ChatGPT. Saya menulis mengalir saja pada chat box ChatGPT dan menambahkan perintah " Tolong perbaiki tulisan ini menjadi tulisan yang rapi dan mudah dipahami pembaca ". Berikut hasilnya dengan sedikit sentuhan dari saya: Halo semua! Saya senang sekali dapat berbagi cerita tentang cerita dan perjalanan seru saya bersama keluarga di tahun 2023 ini. Cerita ini penuh dengan momen-momen tak terlupakan yang ingin saya bagi dengan Anda. 📅Januari Menyelesaikan Sidang Tesis Tepat pada tanggal 5 Januari 2023, awal tahun membawa kebahagiaan yang luar biasa. Sidang tesis selesai dengan lebih cepat dari yang diharapkan. Kuliah selesai dalam waktu 3 semester. Seperti perjalanan di jalan tol, semuanya berjalan lancar tanpa

NACITA

Halo boruku, Nacita, tulisan kali ini papa buat untukmu ya nak. Per minggu ini, sesuai hasil USG dokter, usiamu sudah memasuki bulan ke 7 dalam kandungan mama. Diperkirakan kita jumpa di luar perut mama di pertengahan bulan Oktober nanti. Puji Tuhan, kondisimu dan mama sampai sekarang dalam keadaan normal. Papa doain kalian sehat terus ya. Amin. Flashback ke awal bulan Februari lalu, pas papa di kantor, papa dapat telpon dari mama, ada sesuatu yang mama mau kasih tau ke papa, tapi ntar aja katanya kalau papa sudah sampai rumah. Singkat cerita, papa sampai di rumah dan dengan sedikit penasaran papa tanya ada info apa tadi. Dan sesuai yang papa duga selama di jalan,  mama nyodori papa test pack yang sudah bergaris merah sebanyak 2 strip. Entah ini test pack yang ke berapa, yang jelas kali ini hasilnya sangat membahagiakan. Papa langsung peluk cium mama kamu. Garis merahnya masih samar, namun kita semakin yakin akan kedatanganmu saat mama sudah telat datang bulan. S

Monthversary ke 44, #mardongantangiang

Sejak tugas di Medan, aku lebih sering menginap di rumah teman, sebut saja namanya Rerol Harhehe. Oh iya Rerol ini adalah adek angkatanku di kuliah dulu dan kebetulan bekerja di perusahaan yang sama denganku hanya saja berbeda unit/kantor. Rumah Rerol ada di Medan sedang aku masih mengontrak di Lubuk Pakam. Jumat, 13 Augustus 2021, setelah kunjungan ke gudang unit kerja, aku diundang makan oleh kolega sepembuangan, sebut saja namanya Hormes Hurarea. Makan siang di pinggir laut dengan hidangan kelas pejabat. Terima kasih hasianku, Hormes. Beralih ke malam di hari yang sama, aku lanjut bermain badminton. Yap, memang 1 bulan lebih belakangan ini, hidupku terasa lebih bahagia. Setelah pindah tugas ke Medan sejak Juli lalu, waktu luangku untuk berolah raga semakin banyak. Kembali ke cerita badminton, selama bermain di malam itu, perut terasa panas dan mules, sendawa tak berkesudahan. Nggak benar ini, I’m out di 2 games. Singkat cerita aku pulang menuju rumah Rerol, kemudia

Kurang Enak Body

Hari ini Sabtu. Ada dua agenda yang sudah terencana. Satu, acara kumpul bersama rekan kantor: Biller. Dua, acara perpisahan dua rekan seangkatan yang pindah tugas ke kampung halamannya. Pagi hari sudah feeling unwell , badan terasa keram. Dua agenda tersebut tetap dihadiri. Acara pertama diadakan di pantai, sajian makanan berupa ikan, udang dan seafood lainnya sama sekali tidak menggugah selera, lidah terasa pahit. Pamit dan lanjut ke acara kedua, berangkat ke Medan. Keram semakin menjadi, tapi tetap gaspol, singkat cerita sampai dan acara selesai. Entah bumbu apa yang diracik oleh Kintan dan Shaburi Buffet, setir mobil mengarah ke sana, lidah sudah tidak sabar menikmati daging dan aneka sambal/saos khasnya. Seperti biasa, perut akan terasa begah setelah makan 45 menit dan seperti biasa juga selalu ada penyesalan saat makan di sana. Selesai makan dan pulang. Sampai di rumah sudah jam 10 malam. Mandi dan rebahan. Pengin tidur namun ndas mumet, ga bisa tidur. Tidur, kebangun, tidur, k

Korona

Gw tadinya berada di posisi tengah dalam menyikapi Covid 19. Di satu sisi, gw lebih percaya teori konspirasi, Covid 19 hanyalah akal-akalan belaka. Di sisi lain, gw juga nerapin protokol pencegahan Covid 19 mulai dari cek suhu tubuh, pakai masker, cuci tangan, mandi dan ganti pakaian setiap kali balik dari luar, berjemur, dll. Pagi tadi gw nelpon 2 orang temen yg sudah hampir 1 bulan dirawat di RS akibat terinfeksi Covid 19. Puji Tuhan alhamdulilah mereka saat ini sudah dalam kondisi sehat. Hanya tinggal menunggu swab test lanjutan buat mastiin mereka sudah negatif agar selanjutnya dapat kembali ke rumah. Secara terpisah dan bergantian gw nelpon mereka. Teman yang pertama mengaku bahwa gejala yang dirasakan hanyalah demam biasa dan dalam tiga hari saja sudah siuman. Pemberitaan tentang Covid-19 menurutnya terlalu berlebihan, realita yang dia rasakan tidak semengerikan yang diberitakan oleh media. Hingga di akhir gw tanyain dia, "elo percaya Corona, ndak?".

Menulis Perjalanan

Jalan lebar, jalan sempit, jalan lurus, jalan menikung, jalan mulus, jalan berbatu-berkerikil-berduri sudah kita lewati bersama. Danau indah yang disebut surga itu belum terlihat. Danau itu tepat berada di belakang gunung batu nan tinggi yang sedang kita tatap saat ini. Kakiku dan kakimu bergetar. Rasa bimbang dan ragu mulai membayangi. Tak satu pun di antara kita yang paham, ada apa di gunung itu. Konon katanya, jalannya terjal, penuh rintangan dan sangat jauh. Apakah kita lanjut untuk mendakinya bersama, tetap berpegangan tangan?. Ternyata jawaban kita berbeda. Kau pilih untuk rehat dulu dan aku pilih untuk tetap jalan. Pertanyaan selanjutnya, mau sampai kapankah kau merehat? dan bersama siapakah aku melanjutkan perjalanan? Ntahlah, aku sendiri belum tahu, yang jelas aku harus tetap lanjut. Benar, tujuan kita adalah sama, menuju danau itu. Namun waktu dan cara kita berbeda. Berpisah... Berjalan bersama hampir 3 tahun, berpisah menjadi langkah selanjutnya. Lantu

Memori

Kali ini aku menulis tentang kenangan masa kanak-kanak dulu. Kelak saat otak ini nantinya mengalami penuaan dan memorinya mulai menghilang, aku akan tersenyum membacanya. 1. Jungkat-jungkit mengenaskan Saat itu kami yang kebagian kloter kedua sedang menunggu bus antar jemput TK untuk pulang ke rumah. Aku dan temanku yang bernama Tozi Yaman Zalukhu bermain jungkat-jungkit ( see-saw ). Jleb, aku mengerang kesakitan. My p*nis kejepit di lubang kecil pada papan jungkat-jungkit. Bu guru dengan sigap melarikanku ke RSU Tarutung. Sebelum dieksekusi, aku melihat peralatan-peralatan yang mengerikan seperti gunting, suntik, pinset, dll. Akibat anestesi mungkin yah, aku sama sekali tidak ingat hal apa saja yang dilakukan pada saat pertolongan tersebut. Oh iya, sebagai informasi, saat itu aku memang tidak pake kolor/sempak/celana dalam. 2. Berontak dan melompat Masih pada saat TK. TK-ku, TK Bhayangkari menggunakan mobil antar jemput dengan model mobil patroli/bak terbuka. Tak jarang