Iman



Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat

Mulai dari 3 minggu lalu sampai 2 minggu lalu(sepertinya), ada beberapa orang berbicara tentang iman. Ada yang membicarakan tentang doa dengan iman, ada yang membicarakan tentang berbuat dengan iman, dan lain lain. Tapi timbul pertanyaan, iman yang mana? Iman yang bagaimana?

Ada seseorang yang berbicara tentang iman dengan menjelaskan bahwa dalam pergumulan si A, dia beriman dengan untuk mendapatkan wanita Tionghoa cantik sebagai istrinya. Sedangkan si B, dikatakan tidak memiliki cukup iman, sehingga hanya mendapat wanita sebagai istri yang dianggap si B biasa-biasa saja.ada yang lain berbicara tentang iman selalu dikaitkan kesembuhan, kekayaan, kesuksesan.

Aku bertanya,”hanya inikah iman?” dalam salah satu diskusi, didiskusikan bahwa penyertaan Tuhan ditunjukkan dari bagaimana berhasilnya pekerjaan Yusuf saat jadi budak, pengelola pekerjaan rumah Potifar dan penguasa Mesir, tetapi juga penyertaan Tuhan juga ada saat Yusuf dijual saat menjadi anak kesayangan Yakub, saat Yusuf dipenjara saat sudah berhasil sebagai pengelola rumah Poti.

Seperti yang tertulis di bagian atas, dikatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Tidak dikatakan bahwa segala sesuatu yang kita harapkan adalah dasar dari iman kita. Kurasa kadang-kadang dalam membaca tulisan tersebut, perlu dibaca dengan lebih tenang dan baik supaya jangan tertukar. Karena jika tertukar, dan menjadi "segala sesuatu yang kita harapkan adalah dasar dari iman", ini yang disebut memutarbalikkan firman. Tahukah kamu siapa yang suka memutarbalikkan firman? tahukah kamu siapa yang berkata 'tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan?' di saat kebenarannya adalah ‘semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas kecuali buah pohon pengetahuan baik dan jahat?', mirip sekali ...

Jadi yang benar adalah seharusnya harapan-harapan kita harus berdasar kepada iman, bukan sebaliknya! Jika yang terjadi sebaliknya, selain engkau menjadi mirip dengan si pemutar balik firman, imanmu itu bukan iman yang tertulis dalam kebenaran. Karena iman yang tertulis adalah iman yang menjadi dasar.

Oleh karena itu juga, seharusnya kita kembali mempertanyakan harapan-harapan kita, apa dasarnya? Jika yang kita harapkan tidak berdasar dengan iman atau tidak sesuai dengan iman, maka seharusnya harapan itu dibuang saja. Jika harapan-harapan kita hanya berdasar kepada nilai-nilai dunia, kemegahan-kemegahan dunia, nafsu-nafsu dunia, kepahitan masa lalu, itu semua bukan dasar yang benar untuk harapan kita, yang benar adalah iman...

Jadi iman yang bagaimana? Iman seperti apa yang harus dimiliki untuk kita jadikan dasar?, iman yang mendorong Habel untuk mempersembahkan yang terbaik, iman yang membuat Henokh hidup bergaul dan berkenan kepada Allah, iman yang mempercayai Allah itu ada dan yang mempercayai Allah sebagai raja mutlak atas kehidupannya, iman yang mendorong Nuh membuat bahtera besar karena Allah perintahkan, walau di saat belum terjadi air bah sama sekali, iman yang mendorong Abraham berangkat karena Allah perintahkan, walau Abraham tidak tahu tempat tujuan, iman yang membuat Abraham tetap taat walaupun belum melihat dan memperoleh janji Tuhan, tetapi hanya bisa dari jauh melambai-lambai, iman yang membuat Abraham melakukan hal di luar logika dan taat perintah Tuhan, mengorbankan Ishak di saat Allah meminta, walaupun Ishak-lah yang dijanjikan Tuhan sebagai pribadi yang melaluinya janji keturunan banyak akan ditepati, iman yang membuat Musa lebih memilih sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa, iman yang menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada seluruh harta negara adikuasa dunia, iman yang membuat Musa tidak takut akan murka seorang besar kuasa dan pengaruhnya, iman yang membuat darah dioleskan di pintu walaupun kematian anak sulung belum terjadi, iman yang membuat Ayub berkata ‘Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, TERPUJILAH TUHAN!’ di saat dia kehilangan segala harta, iman yang membuat Yosua dan pengangkut tabut taat perintah Tuhan untuk menyebrangi sungai Yordan di saat air hulu belum tertahan, iman yang berkata ‘tidak ada yang mustahil bagi-Mu, tetapi janganlah apa yang kukehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki’ iman yang meyakini rancangan Tuhan adalah rancangan yang terbaik, melebihi apa yang dapat kita pikirkan, rancangan damai sejahtera, iman yang meyakini hanya Yesus satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup, iman yang berkata ‘namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku’.

Iman membuat kita melangkah dalam ketaatan kepada perintah-Nya, kemauan-Nya, keinginan-Nya, kerinduan-Nya untuk kemuliaan Allah semakin dinyatakan, kerajaan Allah dihadirkan, walaupun tidak ada penampakan yang mendukung, situasi tidak memungkinkan, kondisi sulit, tidak masuk akal, logika, prinsip pribadi kita. Karena itu, iman akan membuatmu hanya semakin mengandalkan Dia, bergantung dan melekat kepada-Nya baik untuk awal (target,tujuan yang disesuaikan dengan perintah), tengah (proses, pengerjaan), dan akhir (hasil, dll) sampai selama-lamanya...

‘melangkah ke Tarsis bukanlah langkah iman, tetapi pemberontakan’

Jadi kenallah Tuhanmu, perintah-Nya, kemauan-Nya, panggilan-Nya, kata-kata-Nya dan taatilah dengan langkah iman...

Comments

Popular posts from this blog

Perbaikan Putaran Fasa (Listrik 3 Fasa)

Perlengkapan Sistem Tenaga di Gardu Induk

Setting dan Wiring Relay ABB Tipe SPAJ 140C