Empat tahunku di kota Yogyakarta


Agustus 2009, aku akhirnya lulus/diterima di salah satu PTN di Yogyakarta. Wajar aja sehhh, gw kan pintar, cerdas dan rajin menabung. Cerita baru kehidupanku dimulai dari sini. Sebagai BTL (Batak Tembak Langsung), jujur, aku susah kali untuk beradaptasi di tempat yang baru ini. Mulai dari komunikasi yang susah (gw itu paling payah ngomong Bahasa Indonesia dengan fasih) hingga tabiat jelek yang terbawa dari masa SMP dan SMA, iya... pas di sekolah dulu, aku ini memang liar, pernah dikejar sama pol PP malah. Tp di sisi lain, aku adalah sosok pemalu dan minder, apalagi kalau dihadapkan dengan org yg blm kenal. Aneh memang, saya sendiri bingung dengan paradoks karakterku ini... Bedboi tapi pemalu.

Ok, let the story begin...

Dengan latar belakang keluarga yang pas-pasan, aku menjalani kuliah dengan kantong pas-pasan. Uang saku dari orangtua Rp 600.000/bulan sungguh menyiksaku. Pagi, siang, malam hampir selalu menu makannya nasi telur di "burjo" (salah satu jenis restoran elite bagi mahasiswa di Regional Jateng-DIY).

Dasar anak durhaka, udah tau duitnya pas-pasan, kuliahnya juga pas-pasan, nilai di semester 1 dan 2 tidak lagi pas-pasan malahan kurang-kurangan. Pernah di semester 2, aku salah jadwal mengikuti UAS, aku datang jam 10 pagi padahal ujiannya mulai jam 07.30. Berbagai upaya dilakukan, lapor ke pihak pengajaran jurusan, lapor ke dosen pengampu untuk meminta ujian susulan. Hasilnya : Nol. Anda belum beruntung, nak... silahkan coba di semester berikutnya.

Dengan badan lemas, tarik ancang2, hitung mundur 3... 2... 1..., aku guling-guling menangis meratapi nasib di kamar kostku yang jelek dan suram.

KHS semester 2 pun keluar, sesuai dugaanku, aku dapat IP jelek. Namun, aku tidak menangis apalagi meratapinya. Maklum saja, aku orangnya tabah dan penyabar :D.

Liburan semester 2 (Juli 2010), akhirnya dapat kesempatan juga utk pulang kampung, Tarutung, Rura Silindung Nauli, and u know what, hingga saat ini (Desember 2013), aku belum pernah pulkam lagi, semoga bisa pulang di 2014 nanti.

Back to liburan di kampung, sudah kuduga, libur ini pasti membosankan. Pulang bukan untuk bersenang-senang, namun harus kerja keras di bawah teriknya matahari. Yah, saya diamanahi tugas oleh Bapak dan Mama untuk mangarambas duhut di ladang (menyiangi rumput di ladang) dan manapu cabe (menuai hasil tanaman cabe). Pekerjaan yang sangat tidak kusuka sejak aku lahir.

Ya, sejak dahulu kala, aku hampir selalu marungut-ungut (ngambek) kalau diajak bantuin orangtua di ladang.
Intermezzo dulu nih...

A. Peristiwa di ladang

1. Memang dasar bocah tengik, saking kesalnya aku diajakin ke ladang buat menanam cabe, dalam hati aku bersumpah serapah: Semoga tanaman ini ga ada hasilnya, semoga semua bibit ini mati.

Benar saja, beberapa minggu atau bulan kemudian (lupa persisnya), tanaman cabe tersebut mati pada saat mulai tumbuh.

Kisah tersebut belum aku ceritakan dan belum diketahui oleh orangtuaku sampai sekarang.

Ini kejadiannya pas jaman smp.

jongkok, tengah, oranye, itu aku, preman di SMP

2. Cerita nyeleneh lain yang lebih mengenaskan adalah ketika aku diajak oleh Mama ke ladang untuk membuat bedeng untuk tanaman (entah tanaman apa itu, saya lupa), selama di perjalanan menuju ladang, spt biasa aku ngambek sambil misuh dalam hati. Sesampainya di tkp, aku diamanahi untuk mencangkul. Sambil menahan 'tangis ngambek', dan saking kesalnya bekerja di ladang, secara sengaja aku mencangkulkan jempol kakiku....Darah mengalir deras, (lebay ahhhh). Bukan menolong, atau melakukan p3k, dengan murka, mama mengusirku dari ladang.

Parahnya lagi, meskipun jempol kaki terasa perih, sakit dan plus dimarahi si bunda, aku pulang sambil tersenyum-senyum. Yes, yes, aku pulang. Durhaka sekali saya ini. Molo diingot-ingot, saya heran akan diri saya di masa lalu seperti ini.

Ini kejadiannya pas aku sma.

B. Aku sebenarnya anak yang baik

1. Teringat dengan janjiku dulu sewaktu SMP. Pada saat itu, aku lagi bantu mama di ladang dan aku berkata : "Ma, pokoknya nanti kalau aku udah kerja, kalian (bapak/mama) ga usah kerja di ladang lagi, kalau aku udah punya uang, nanti kubantu pun kalian buat buka usaha yang lebih enak, ntah apa pun itu". Mamaku hanya tersenyum saja meresponnya. Sampai saat ini, janji itu masih belum terealisasi. Semoga segera tercapai. Amin.

2. Gak selamanya aku ngambekan kalau diperintahkan bekerja di ladang. Sesekali aku bisa ikhlas bekerja, apalagi kalau kerjanya sama abang dan adek. Paling senang lagi kalau teman-teman tetanggaku ikut bantuin.

Pekerjaan di ladang yang sering dilakukan bersama mereka adalah menyiram cabe. Untuk menyiram cabe tersebut, kami harus ambil air dari selokan yang berjarak sekitar 100 an meter dari tkp. Capek memang, ngangkat air satu ember berulang-ulang. Jorok? Iya emang jorok, selokan atau parit tempat kami ambil air tsb adalah pembuangan limbah dari pasar dan merupakan 'septic tank' bagi rumah-rumah di sepanjang pinggiran selokan tsb. Tak heran, warna airnya hitam, dan maaf, ada 'ikan mas guling' yang berenang di sana. Meskipun demikian, kami senang bekerja. Banyak canda tawa di dalamnya.

Memang seberat apapun pekerjaannya, apabila dijalankan dengan ikhlas, pasti akan terasa ringan.

End of intermezzo


Back to cerita kuliah, resolusi direncanakan mulai dari kampung.
- pindah kost dari kost yang suram
- cari beasiswa
- mengubah pola belajar

Benar2 perencana yang baik aku ini.

Saat itu, waktu liburku terpotong, aku harus kembali ke Yogyakarta, karena harus mengikuti ujian remidiasi yang memang dijadwalkan oleh pihak jurusan secara misterius. Liburan yang seharusnya sampai 6 minggu, harus ter-cut menjadi 3 minggu.

Singkat cerita, aku sampai di Jogja kembali. Cari sana sini, akhirnya dapat kost baru yang lebih fresh dan tetap murah, rencana 1, Done.... Terus aku ngajuin beasiswa (dari Otorita Asahan), di-acc... rencana2, done.

Praktis, taraf hidupku berubah. Dengan adanya fasilitas internet Speedy, kamar kostku menjadi base camp buat belajar bersama teman-teman. Setiap materi yang akan diterima besok, dibahas bersama dan setiap materi yang telah diterima hari ini, didiskusikan kembali. Preview and review, begitu berulang-ulang. Rencana3 , done.

Jos gandos gan, IPku naik di semester 3. Emanglah aku ini, bukan hanya perencana yg baik, tp juga pelaksana yg luar biasa. Yaiyalah, gw gitu loh. Makhluk pintar yg rendah hati alias tidak sombong :D.

Home sweet home, Wisma Kuncoro, my second, my last, my boarding house at Jogja

Hidup ini tidak seindah yang kita harapkan. Mulanya kiriman beasiswa selalu lantjar jaya, namun di pertengahan jalan, mulai terasa macetnya. Aku kembali hidup miskin dan melarat.

Hingga di suatu hari, duitku habis. Mengingat sifatku yang pemalu dan rada-rada jaim, aku mengurungkan niat untuk meminjam duit dari teman. Juga mengingat kondisi orangtua yang pas-pasan, aku pun mengurungkan niat pula untuk meminta kiriman uang bulanan tambahan.

Jurus terakhir pun dijalankan, rogoh semua kocek celana dan baju, yang belum dicuci atau di lemari, barangkali ada duit nyempil. Koin dan kertas keberuntungan terkumpul. Alhasil, terkumpullah uang sejumlah Rp 3500.

Pahit bung, kerongkongan terasa menyempit, air mata mengucur deras bak aliran bengawan solo. Sambil mencoba tetap tegar dan menahan tangis, aku pesan makan di warung makan. "Bu, pesan nasi sayur bu, nasinya dibanyakin yah bu (suara terbata-bata)". Ibu itu sedikit heran melihat saya, mungkin dalam hati ibunya, "knopo ki bocah? agek putus ambek bojone paling yo...?".

Selama kuliah, aku mengalami kejadian seperti itu sebanyak dua kali. Tidak masalah, itu akan menjadi cerita inspiratif dan motivatif bagi anak cucu saya nanti. Kelak mereka akan tahu, Bapak atau kakeknya ini bisa lulus dan tetap survive di dunia yg keras ini. #lebay #agakvisioner.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, walau aku ini barbarian, di lain sisi, aku punya hati yang lembut dan penyanyang. Saya selalu menyadari kondisi orangtua saya yang pas-pasan, saya tidak punya niatan untuk neko-neko selama kuliah. Saya tidak merokok, saya tidak minum minuman beralkohol, saya sih no, no to drugs, saya tidak keluyuran, saya tidak suka jalan-jalan.

Oiya, tau gak sih lu...., selama di jogja, kalau dihitung-hitung, gak sampai 10 kali aku berkunjung ke mall. Trus, sejak SD kelas 2 hingga saat ini, aku ga pernah lg nonton di bioskop. Iya, selama kuliah, gw gak pernah nonton di bioskop. Nah boleh dikata, gw ntuh orangnya keren.

Sejak semester 2 sampai semester 7, saya tidak pernah meminta uang kuliah (biaya SKS) dan uang kost ke orangtua. Semuanya, terbayar dengan modal beasiswa. Betapa mulianya akhlak saya sebagai seorang anak :D.

Sikap pemalu dan minderku, bukanlah menjadi penghalang bagiku untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Sejak semester 1, aku selalu ditolong teman-teman dan kakak-kakak yang baik hati. PMKT (Persekutuan Mahasiswa Kristiani Teknik), tempat saya banyak diubahkan. Menjadi anggota dan pengurus yang terbilang aktif, di tempat ini, aku banyak belajar dan mengajar. Memberi dan mengasihi, sungguh luar biasa kasih Tuhan Yesus yang mengubah sifat-sifat burukku melalui komunitas ini.

Dan kini aku sudah menjadi alumni, inilah ajang pembuktian. Menerapkan pelajaran-pelajaran dari Tuhan di tempatku bekerja. God blesses.

With Daud and Mike. Brotherhood in Christ

Balik lagi, 27 Agustus 2013 secara resmi aku akhirnya wisuda. Momen bahagia, di mana bapak mama dan bahkan kedua oppungku bisa hadir di sana.

Mama sudah tidak secantik dulu lg ternyata, Bapak yang sudah berumur 63 tahun terlihat lebih kurus, oppung boru terlihat lebih tua dari sebelumnya, oppung doli, masih sama seperti saat aku temui 3 tahun lalu, tetap muda oppung doli ini. Terpujilah Tuhan, mereka semua masih dalam keadaan sehat.

Meskipun saat itu, aku tidak terpanggil sebagai lulusan cum laude, aku yakin bapak, mama, oppung pasti sangat senang.

~Happy Ending, eh belum ding....

Seperti kebiasaan kami di kelompok kecil di PMKT, setiap sharing bgini harus diakhiri dengan topik pembahasan mengenai pasangan hidup.

Selama kuliah, saya mengagumi beberapa wanita. Apa daya, saya orangnya pemalu dan merasa sadar diri bahwa saya ini tidak ada apa-apanya. Wanita-wanita yang selama ini saya kagumi, satu per satu sudah hidup bahagia dengan pilihan hatinya. Dalam hati, saya hanya bisa menangis dan kadang tersenyum menghibur diri. Semoga mereka bahagia dengan pilihan hati mereka masing-masing. Hingga saat ini, saya masih single. Ini murni bukan pilihan saya, ini murni karena ketidaksanggupan saya mengungkapkan isi hati saya dan juga karena ketidaksiapan saya untuk membina relasi dengan seorang wanita. #curcol.

Ini masih selalu menjadi pokok doaku kepada Tuhan, semoga aku bisa menembus halangan dalam diriku ini. Semuanya pasti indah pada waktunya.

With them.... my lovely mom, lovely dad, lovely grandpa, lovely grandma

~THE END~


Comments

Anonymous said…
Semangat Truss brooo... HORAS...!!!
waw. menginspirasi, hehe
mantabs lanjutkan perjalanan selanjutnya....
I am actually enjoying studying your nicely written articles. It appears to be like such as you spend lots of effort and time on your blog. I've bookmarked it and I'm trying for I am really enjoying studying your well written articles. It seems to be like you spend a number of time and effort in your blog. I've bookmarked it and I am trying ahead to studying new articles. Sustain the great work! ward to studying new articles. Sustain the nice work!
7 passenger Vehicles | 7 passenger SUV | http://www.7passengervehiclesworld.com

Popular posts from this blog

Perbaikan Putaran Fasa (Listrik 3 Fasa)

Perlengkapan Sistem Tenaga di Gardu Induk

Setting dan Wiring Relay ABB Tipe SPAJ 140C