Memori
Kali ini aku menulis tentang kenangan masa kanak-kanak dulu. Kelak saat otak ini nantinya mengalami penuaan dan memorinya mulai menghilang, aku akan tersenyum membacanya.
1. Jungkat-jungkit mengenaskan
Saat itu kami yang kebagian kloter kedua sedang menunggu bus antar jemput TK untuk pulang ke rumah. Aku dan temanku yang bernama Tozi Yaman Zalukhu bermain jungkat-jungkit (see-saw). Jleb, aku mengerang kesakitan. My p*nis kejepit di lubang kecil pada papan jungkat-jungkit. Bu guru dengan sigap melarikanku ke RSU Tarutung. Sebelum dieksekusi, aku melihat peralatan-peralatan yang mengerikan seperti gunting, suntik, pinset, dll. Akibat anestesi mungkin yah, aku sama sekali tidak ingat hal apa saja yang dilakukan pada saat pertolongan tersebut. Oh iya, sebagai informasi, saat itu aku memang tidak pake kolor/sempak/celana dalam.
Saat itu kami yang kebagian kloter kedua sedang menunggu bus antar jemput TK untuk pulang ke rumah. Aku dan temanku yang bernama Tozi Yaman Zalukhu bermain jungkat-jungkit (see-saw). Jleb, aku mengerang kesakitan. My p*nis kejepit di lubang kecil pada papan jungkat-jungkit. Bu guru dengan sigap melarikanku ke RSU Tarutung. Sebelum dieksekusi, aku melihat peralatan-peralatan yang mengerikan seperti gunting, suntik, pinset, dll. Akibat anestesi mungkin yah, aku sama sekali tidak ingat hal apa saja yang dilakukan pada saat pertolongan tersebut. Oh iya, sebagai informasi, saat itu aku memang tidak pake kolor/sempak/celana dalam.
2. Berontak dan melompat
Masih pada saat TK. TK-ku, TK Bhayangkari menggunakan mobil antar jemput dengan model mobil patroli/bak terbuka. Tak jarang aku suka berontak tidak mau berangkat sekolah. Seperti biasa mobil antar jemput datang di pagi hari untuk menjemputku. Aku menangis meraung-raung tidak mau naik mobil. Saat setelah dinaikkan secara paksa ke atas mobil, aku melompat, pokoknya ga mau sekolah.
Masih pada saat TK. TK-ku, TK Bhayangkari menggunakan mobil antar jemput dengan model mobil patroli/bak terbuka. Tak jarang aku suka berontak tidak mau berangkat sekolah. Seperti biasa mobil antar jemput datang di pagi hari untuk menjemputku. Aku menangis meraung-raung tidak mau naik mobil. Saat setelah dinaikkan secara paksa ke atas mobil, aku melompat, pokoknya ga mau sekolah.
3. Cinta monyet
Apa cuman aku yang di usia 5 tahun sudah tertarik ke lawan jenis? Saat TK aku tertarik kepada Theresia, perempuan kecil cantik, rambutnya lurus-panjang dan kulitnya putih. Kalau gak salah dia itu anak polisi. Tak tau persis kapan, Theresia pindah dari TK Bhayangkari dan kalau ga salah ingat, orangtuanya pindah tugas ke luar kota. Hingga saat ini, aku tak tau di mana rimbanya.
Apa cuman aku yang di usia 5 tahun sudah tertarik ke lawan jenis? Saat TK aku tertarik kepada Theresia, perempuan kecil cantik, rambutnya lurus-panjang dan kulitnya putih. Kalau gak salah dia itu anak polisi. Tak tau persis kapan, Theresia pindah dari TK Bhayangkari dan kalau ga salah ingat, orangtuanya pindah tugas ke luar kota. Hingga saat ini, aku tak tau di mana rimbanya.
4. Aeroz Balige
Acara perpisahan siswa TK-ku saat itu adalah berwisata ke kolam renang Aeroz di Balige. Siswa TK 0 besar beserta semua guru berangkat ke sana menggunakan bus. Saat itu aku ingat betul mama nitipin lappet satu plastik besar kepada bu guru (mamanya Riki Tobing, teman satu angkatan TK dan SD) untuk dimakan bersama selama perjalanan.
Acara perpisahan siswa TK-ku saat itu adalah berwisata ke kolam renang Aeroz di Balige. Siswa TK 0 besar beserta semua guru berangkat ke sana menggunakan bus. Saat itu aku ingat betul mama nitipin lappet satu plastik besar kepada bu guru (mamanya Riki Tobing, teman satu angkatan TK dan SD) untuk dimakan bersama selama perjalanan.
5. Gonta-ganti kelas
Mungkin ini yang membuatku sering berontak saat akan berangkat ke TK. Aku orangnya memang payah bergaul saat itu, beberapa kali aku harus adaptasi dengan teman baru akibat kelasku bergonta-ganti dari kelas 0 besar ke kelas 0 kecil, dst. Aku yang kelahiran bulan September belum genap berumur 5 tahun saat masuk TK. Namun aku bisa start langsung di kelas 0 besar. Selang beberapa bulan, aku dipindah secara sepihak oleh sekolah ke kelas 0 kecil. Sempat beberapa hari aku harus bergaul lagi dengan orang baru, hingga akhirnya mama protes dan minta aku dikembalikan ke kelas 0 besar.
Mungkin ini yang membuatku sering berontak saat akan berangkat ke TK. Aku orangnya memang payah bergaul saat itu, beberapa kali aku harus adaptasi dengan teman baru akibat kelasku bergonta-ganti dari kelas 0 besar ke kelas 0 kecil, dst. Aku yang kelahiran bulan September belum genap berumur 5 tahun saat masuk TK. Namun aku bisa start langsung di kelas 0 besar. Selang beberapa bulan, aku dipindah secara sepihak oleh sekolah ke kelas 0 kecil. Sempat beberapa hari aku harus bergaul lagi dengan orang baru, hingga akhirnya mama protes dan minta aku dikembalikan ke kelas 0 besar.
6. Kivram Arlen Purba
Saat TK kami memanggilnya Arlen dan kebetulan aku dan dia lanjut SD di sekolah yang sama, SD Santa Maria Tarutung. Di SD kami memanggil namanya Kivram. Yang aku ingat, Arlen adalah siswa terpintar dan terbaik saat TK. Bahkan saat SD, dia sering sekali dapat ranking 1 di kelas. Kivram, panutanku di masa kecil dulu.
Saat TK kami memanggilnya Arlen dan kebetulan aku dan dia lanjut SD di sekolah yang sama, SD Santa Maria Tarutung. Di SD kami memanggil namanya Kivram. Yang aku ingat, Arlen adalah siswa terpintar dan terbaik saat TK. Bahkan saat SD, dia sering sekali dapat ranking 1 di kelas. Kivram, panutanku di masa kecil dulu.
7. Seni
Kejadian ini terjadi saat kelas 1 SD. Saat itu siswa sedang belajar menulis secara mandiri. Alm. Bu Tobing yang merupakan guru kelas kami saat itu sedang mengobrol persis di pintu kelas dengan guru lain. Aku yang kebelet pipis tidak punya keberanian untuk menyela obrolan mereka untuk meminta izin untuk ke kamar mandi. Alhasil, kencing celana.
Kejadian ini terjadi saat kelas 1 SD. Saat itu siswa sedang belajar menulis secara mandiri. Alm. Bu Tobing yang merupakan guru kelas kami saat itu sedang mengobrol persis di pintu kelas dengan guru lain. Aku yang kebelet pipis tidak punya keberanian untuk menyela obrolan mereka untuk meminta izin untuk ke kamar mandi. Alhasil, kencing celana.
8. Pengumuman
Ini adalah borok. Gapapa deh orang lain tau, wkwk. Saat kelas 1 sd kelas 3, aku merasa lebih nyaman untuk tidak bercelana dalam. Saat itu, di pagi hari sesampai di sekolah keadaan masih hiruk pikuk di dalam kelas. Berbagai aktivitas kami lakukan sembari menunggu lonceng tanda apel dimulai. Abangku, Jubel yang saat itu kelas 5 dan aku kelas 3 masuk ke kelasku dan berbisik kepada salah satu temanku bernama Eric Fernando. Saat masih hiruk-pikuk di dalam kelas, Eric naik ke tangga papan tulis sambil berteriak kencang. "Kawan-kawan, si Nathan gak markolor loh!!". Gilak, malu kali awak.
Ini adalah borok. Gapapa deh orang lain tau, wkwk. Saat kelas 1 sd kelas 3, aku merasa lebih nyaman untuk tidak bercelana dalam. Saat itu, di pagi hari sesampai di sekolah keadaan masih hiruk pikuk di dalam kelas. Berbagai aktivitas kami lakukan sembari menunggu lonceng tanda apel dimulai. Abangku, Jubel yang saat itu kelas 5 dan aku kelas 3 masuk ke kelasku dan berbisik kepada salah satu temanku bernama Eric Fernando. Saat masih hiruk-pikuk di dalam kelas, Eric naik ke tangga papan tulis sambil berteriak kencang. "Kawan-kawan, si Nathan gak markolor loh!!". Gilak, malu kali awak.
9. Ranking 1
Kelas 3 SD, caturwulan II, aku meraih ranking 1 di kelas. Padahal aku saat itu gak pintar-pintar amat. Ada cerita unik tentang pencapaianku ini, cerita ini dapatnya dari mama.
Ketika sedang berbelanja ke pasar, mama berpapasan dengan bu Harianja, guru kelas 3 ku saat itu. Kurang lebih begini percakapannya begini versi mama.
Mama (M) : "Bah, hamu do i Eda?" (Hi, bu Harianja).
Bu Harianja (H) : "Bah, horas Eda. Imadah, dapat juara sada si Natan di kelas, Eda." (Hi, mami Natan. Selamat yah, anaknya dapat ranking satu).
M : "Situtu do i, Eda?. Boa do ibana kira-kira di kelas, burju do Eda?." (Iya, makasih yah bu sudah ajari anak saya, mudah-mudahan bisa dipertahankan.)
H : "Burju do Eda, ale asi roha sipata mamereng si Natan on, holan na mommonon dabah." (Amin. Tapi ada yang lucu loh mami Natan, kok Natan sering ingusan begitu yah?).
-------------------------
Mama tambahkan ceritanya ke aku bahwasanya aku dapat ranking I di kelas karena bu guru merasa iba melihatku yang ingusnya suka meler. Gak tau dah, ini cerita mama betul apa nggak. Yang aku tau mama itu jarang bercanda.
Kelas 3 SD, caturwulan II, aku meraih ranking 1 di kelas. Padahal aku saat itu gak pintar-pintar amat. Ada cerita unik tentang pencapaianku ini, cerita ini dapatnya dari mama.
Ketika sedang berbelanja ke pasar, mama berpapasan dengan bu Harianja, guru kelas 3 ku saat itu. Kurang lebih begini percakapannya begini versi mama.
Mama (M) : "Bah, hamu do i Eda?" (Hi, bu Harianja).
Bu Harianja (H) : "Bah, horas Eda. Imadah, dapat juara sada si Natan di kelas, Eda." (Hi, mami Natan. Selamat yah, anaknya dapat ranking satu).
M : "Situtu do i, Eda?. Boa do ibana kira-kira di kelas, burju do Eda?." (Iya, makasih yah bu sudah ajari anak saya, mudah-mudahan bisa dipertahankan.)
H : "Burju do Eda, ale asi roha sipata mamereng si Natan on, holan na mommonon dabah." (Amin. Tapi ada yang lucu loh mami Natan, kok Natan sering ingusan begitu yah?).
-------------------------
Mama tambahkan ceritanya ke aku bahwasanya aku dapat ranking I di kelas karena bu guru merasa iba melihatku yang ingusnya suka meler. Gak tau dah, ini cerita mama betul apa nggak. Yang aku tau mama itu jarang bercanda.
10. Gangguan pencernaan
Ini hal paling memalukan dan menjijikkan dalam hidupku. Saat itu aku kelas 4 SD. You know lah yah sebagaimana toilet sekolah kebanyakan, toilet SD-ku sangat tidak layak untuk dikunjungi, apalagi toilet siswa laki-laki. Beh, parah. Saat itu aku diare, aku coba masuk ke toilet guru (yang sekolahnya di SD Santa Maria Tarutung pasti tahu, toilet guru itu ada di bawah tangga), namun sungguh nasib baik tak berpihak padaku, pintunya kekunci. Aku berlari menuju toilet siswa. Air tak ada sama sekali, space untuk buang hajat tak ada sama sekali: WC mampet. Saat itu aku pasrah, akhirnya aku kecirit. Aku bergegas ingin pulang ke rumah, namun harus masuk kelas dulu untuk ambil tas dan bawaan lainnya. Dengan penuh kehati-hatian aku masuk ke kelas dan berharap tak satu pun orang yang tau. Untungnya saat itu guru kelas belum masuk. Namun, bau kecirit itu memang tak bisa ditutupi. Ingat betul aku ekspresi si James Hutabarat, muka antagonis diikuti hirupan nafas yang sangat dalam dan arogan, dia kemudian berkata: "Bau te...!!" (mambu taek, cuk!!). Sambil menahan malu, segera kuraih tasku dan keluar kelas untuk cabut. Indra Tambunan, sosok teman yang baik. Dia mengantarkanku pulang dan memberiku semangat. Walau tidak sampai rumah, paling tidak rasa maluku sedikit terobati oleh dia. Namun, cobaan belum berhenti, aku nyampai di rumah yang kondisinya sudah kosong blas. Tak satu pun barang lagi yang ada di rumah. Barang-barang sudah diangkut ke rumah kami yang baru selesai dibangun. Yah, tepat pada hari itu kami pindahan. Cukup sampai sekian.
Ini hal paling memalukan dan menjijikkan dalam hidupku. Saat itu aku kelas 4 SD. You know lah yah sebagaimana toilet sekolah kebanyakan, toilet SD-ku sangat tidak layak untuk dikunjungi, apalagi toilet siswa laki-laki. Beh, parah. Saat itu aku diare, aku coba masuk ke toilet guru (yang sekolahnya di SD Santa Maria Tarutung pasti tahu, toilet guru itu ada di bawah tangga), namun sungguh nasib baik tak berpihak padaku, pintunya kekunci. Aku berlari menuju toilet siswa. Air tak ada sama sekali, space untuk buang hajat tak ada sama sekali: WC mampet. Saat itu aku pasrah, akhirnya aku kecirit. Aku bergegas ingin pulang ke rumah, namun harus masuk kelas dulu untuk ambil tas dan bawaan lainnya. Dengan penuh kehati-hatian aku masuk ke kelas dan berharap tak satu pun orang yang tau. Untungnya saat itu guru kelas belum masuk. Namun, bau kecirit itu memang tak bisa ditutupi. Ingat betul aku ekspresi si James Hutabarat, muka antagonis diikuti hirupan nafas yang sangat dalam dan arogan, dia kemudian berkata: "Bau te...!!" (mambu taek, cuk!!). Sambil menahan malu, segera kuraih tasku dan keluar kelas untuk cabut. Indra Tambunan, sosok teman yang baik. Dia mengantarkanku pulang dan memberiku semangat. Walau tidak sampai rumah, paling tidak rasa maluku sedikit terobati oleh dia. Namun, cobaan belum berhenti, aku nyampai di rumah yang kondisinya sudah kosong blas. Tak satu pun barang lagi yang ada di rumah. Barang-barang sudah diangkut ke rumah kami yang baru selesai dibangun. Yah, tepat pada hari itu kami pindahan. Cukup sampai sekian.
11. Hadi
Lonceng tanda apel pagi berbunyi. Murid-murid menuju halaman sekolah untuk baris-berbaris. Saat itu kami kelas 2 SD. Lupa apa sebabnya, saat sebelum guru mengatur barisan, aku dan Hadi gelut alias berantem. Tak ada yang menang dalam pertarungan itu karena teman-teman lain sigap untuk melerai kami. Dan siapa sangka, Hadi menjadi sohibku sd saat ini. Saat dia kuliah di Semarang dulu, aku sering dikunjunginya di Jogja untuk bersama-sama menggarap skripsi. Kebetulan jurusan yang kami ambil saat kuliah S1 dulu sama, Teknik Elektro. Saat ini dia sudah menjadi dosen di IT Del, Laguboti.
Lonceng tanda apel pagi berbunyi. Murid-murid menuju halaman sekolah untuk baris-berbaris. Saat itu kami kelas 2 SD. Lupa apa sebabnya, saat sebelum guru mengatur barisan, aku dan Hadi gelut alias berantem. Tak ada yang menang dalam pertarungan itu karena teman-teman lain sigap untuk melerai kami. Dan siapa sangka, Hadi menjadi sohibku sd saat ini. Saat dia kuliah di Semarang dulu, aku sering dikunjunginya di Jogja untuk bersama-sama menggarap skripsi. Kebetulan jurusan yang kami ambil saat kuliah S1 dulu sama, Teknik Elektro. Saat ini dia sudah menjadi dosen di IT Del, Laguboti.
Setelah kubaca ulang dari atas ke bawah, ternyata cerita negatif semua yah. Masa kecilku memang tidak indah untuk dikenang namun sangat baik untuk digunakan sebagai pembelajaran bagi generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, cukup sekian dulu. Isi postingan ini akan selalu bertambah seiring dengan niat dari otak ini untuk mengingat kembali kejadian di masa lalu. Smile and enjoy your life. Danke.
Comments